Minggu, 24 Februari 2013
Berawal dari sebuah mimpi menuju kesuksesan. Menatap tajamnya sinar matahari dengan sangat amat serius membuat hati seakan panas sekaligus ada suasana hampa. begitu pula hidup,semakin kita terus menjalaninya kedepan,semakin kita paham arti sebuah kehidupan. Begitu pula sebaliknya jika kita enggan maju dari keterpurukan, sesumgguhnya kita telah meny-nyiakan arti kehidupan, karena kehdupan itu dapat dartikan seperti sebuah madu dalam bunga nan cantik. be your self! jadilah dirimu sendiri,gapai semua harapan yg ada. jika kau gagal? coba lagi! jangan mali untuk kesalan yg belum tentu dapat diubah menjadi kebenaran. sebab Tuhan pasti telah merencanakan yg lebih bak."RENCANA TUHAN LEBIH NDAH DARI YANG INDAH."
Lombok Sumbawa Secret
Sejarah Pulau Lombok
IMad
Lombok adalah sebuah pulau di kepulauan Sunda Kecil atau Nusa Tenggara yang terpisahkan oleh Selat Lombok dari Bali di sebelat barat dan Selat Alas di sebelah timur dari Sumbawa. Pulau ini kurang lebih bulat bentuknya dengan semacam "ekor" di sisi barat daya yang panjangnya kurang lebih 70 km. Pulau ini luasnya adalah 4.725 km (sedikit lebih kecil daripada Bali). Kota utama di pulau ini adalah Kota Mataram, sekaligus sebagai ibukota provinsi. Penduduk pada tahun 1990 berjumlah : 2.403.02 orang.
Lombok termasuk provinsi Nusa Tenggara Barat dan pulau ini sendiri dibagi menjadi 3 kabupaten dan 1 kota:
- Kotamadya Mataram dengan ibukota Mataram
- Kabupaten Lombok Barat dengan ibukota Gerung
- Kabupaten Lombok Tengah dengan ibukota Praya
- Kabupaten Lombok Timur dengan ibukota Selong
Gambar : Lombok Island Map
Sejarah
Kerajaan
Selaparang merupakan salah satu kerajaan tertua yang pernah tumbuh dan
berkembang di pulau Lombok, bahkan disebut-sebut sebagai embrio yang
kemudian melahirkan raja-raja Lombok masa lalu. Terbukti penamaan pulau
ini juga sering disebut sebagai bumi Selaparang atau dalam istilah
lokalnya sebagai Gumi Selaparang.
Asal
muasal Setidak-tidaknya ada tiga pendapat tentang asal muasal kerajaan
Selaparang (Buku Sejarah Daerah Nusa Tenggara Barat, 2002).
Pertama,
disebutkan bahwa kerajaan ini merupakan proses kelanjutan dari kerajaan tertua di pulau Lombok, yaitu "Kerajaan Desa Lae" yang diperkirakan berkodudukan di Kecamatan Sambalia, Lombok Timur sekarang. Dalam perkembangannya masyarakat kerjaan ini berpindah dan membangun sebuah kerajaan baru, yaitu kerajaan Pamatan di Kecamatan Aikmel dan diduga berada di Desa Sembalun Sekarang.
disebutkan bahwa kerajaan ini merupakan proses kelanjutan dari kerajaan tertua di pulau Lombok, yaitu "Kerajaan Desa Lae" yang diperkirakan berkodudukan di Kecamatan Sambalia, Lombok Timur sekarang. Dalam perkembangannya masyarakat kerjaan ini berpindah dan membangun sebuah kerajaan baru, yaitu kerajaan Pamatan di Kecamatan Aikmel dan diduga berada di Desa Sembalun Sekarang.
Dan
ketika Gunung Rinjani meletus, penduduk kerajaan ini terpencar-pencar
yang menandai berakhirnya kerajaan. Betara Indra kemudian mendirikan
kerajaan baru bernama Kerajaan Suwung, yang terletak di sebelah utara
Perigi sekarang.Setelah berakhirnya kerajaan yang disebut terakhir,
barulah kemudian muncul Kerajaan Lombok atau Kerajaan Selaparang.
Kedua,
disebutkan bahwa setelah Kerajaan Lombok dihancurkan oleh tentara Majapahit, Raden Maspahit melarikan diri ke dalam hutan dan sekembalinya tentara itu Raden Maspahit membangun kerajaan yang baru bernama Batu Parang yang kemudian dikenal dengan nama Kerajaan Selaparang.
disebutkan bahwa setelah Kerajaan Lombok dihancurkan oleh tentara Majapahit, Raden Maspahit melarikan diri ke dalam hutan dan sekembalinya tentara itu Raden Maspahit membangun kerajaan yang baru bernama Batu Parang yang kemudian dikenal dengan nama Kerajaan Selaparang.
Ketiga,
disebutkan bahwa pada abad XII, terdapat satu kerajaan yang dikenal dengan nama kerajaan Perigi yang dibangun oleh sekelompok transmigran dari Jawa di bawah pimpinan Prabu Inopati dan sejak waktu itu pulau Lombok dikenal dengan sebutan Pulau Perigi. Ketika kerajaan Majapahit mengirimkan ekspedisinya ke Pulau Bali pada tahun 1443 yang diteruskan ke Pulau Lombok dan Dompu pada tahun 1357 dibawah pemerintahan Mpu Nala, ekspedisi ini menaklukkan Selaparang (Perigi?) dan Dompu.
disebutkan bahwa pada abad XII, terdapat satu kerajaan yang dikenal dengan nama kerajaan Perigi yang dibangun oleh sekelompok transmigran dari Jawa di bawah pimpinan Prabu Inopati dan sejak waktu itu pulau Lombok dikenal dengan sebutan Pulau Perigi. Ketika kerajaan Majapahit mengirimkan ekspedisinya ke Pulau Bali pada tahun 1443 yang diteruskan ke Pulau Lombok dan Dompu pada tahun 1357 dibawah pemerintahan Mpu Nala, ekspedisi ini menaklukkan Selaparang (Perigi?) dan Dompu.
Bahasa
Dengan
mengacu kepada ahli sejarah berkebangsaan Belanda, L. C. Van den Berg
yang menyatakan bahwa, berkembangnya Bahasa Kawi sangat mempengaruhi
terbentuknya alam pikiran agraris dan besarnya peranan kaum intelektual
dalam rekayasa sosial politik di Nusantara.
Fathurrahman
Zakaria (1998) menyebutkan bahwa para intelektual masyarakat
Selaparang dan Pejanggik sangat mengetahui Bahasa Kawi. Bahkan kemudian
dapat menciptakan sendiri aksara Sasak yang disebut sebagai jejawen.
Dengan modal Bahasa Kawi yang dikuasainya, aksara Sasak dan Bahasa
Sasak, maka para pujangganya banyak mengarang, menggubah, mengadaptasi,
atau menyalin manusia Jawa kuno ke dalam lontar-lontar Sasak.
Gambar : Contoh Aksara Sasak
Lontar-lontar
dimaksud, antara lain Kotamgama, lapel Adam, Menak Berji, Rengganis,
dan lain-lain. Bahkan para pujangga juga banyak menyalin dan
mengadaptasi ajaran-ajaran sufi para walisongo, seperti lontar-lontar
yang berjudul Jatiswara, Lontar Nursada dan Lontar Nurcahya. Bahkan
hikayat-hikayat Melayu pun banyak yang disalin dan diadaptasi, seperti
Lontar Yusuf, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Sidik Anak Yatim, dan
sebagainya.
Dengan
mengkaji lontar-lontar tersebut, menurut Fathurrahman Zakaria (1998)
kita akan mengetahui prinsip-prinsip dasar yang menjadi pedoman dalam
rekayasa sosial politik dan sosial budaya kerajaan dan masyarakatnya.
Dalam
bidang sosial politik misalnya, Lontar Kotamgama lembar 6 lembar
menggariskan sifat dan sikap seorang raja atau pemimpin, yakni Danta,
Danti, Kusuma, dan Warsa. Danta artinya gading gajah; apabila
dikeluarkan tidak mungkin dimasukkan lagi. Danti artinya ludah; apabila
sudah dilontarkan ke tanah tidak mungkin dijilat lagi. Kusuma artinya
kembang; tidak mungkin kembang itu mekar dua kali. Warsa artinya hujan;
apabila telah jatuh ke bumi tidak mungkin naik kembali menjadi awan.
Itulah sebabnya seorang raja atau pemimpin hendaknya tidak salah dalam
perkataan.
Selain
itu, dalam lontar-lontar yang ada diketahui bahwa istilah-istilah dan
ungkapan yang syarat dengan ide dan makna telah dipergunakan dalam
bidang politik dan hukum, misalnya kata hanut (menggunakan hak dan
kewajiban), tapak (stabil), tindih (bertata krama), rit (tertib), jati
(utama),tuhu (sungguh-sungguh), bakti (bakti, setia), atau terpi
(teratur).
Dalam
bidang ekonomi, seperti itiq (hemat), loma (dermawan), kencak
(terampil), atau genem (rajin). Pariwisata Lombok dalam banyak hal mirip
dengan Bali, dan pada dasawarsa tahun 1990-an mulai dikenal wisatawan
mancanegara. Namun dengan munculnya krismon dan krisis-krisis lainnya,
potensi pariwisata agak terlantarkan.
Lalu pada awal tahun 2000 terjadi kerusuhan antar-etnis dan antar agama di seluruh Lombok sehingga terjadi pengungsian besar-besaran kaum minoritas. Mereka terutama mengungsi ke pulau Bali.
Agama
Sebagian besar penduduk pulau Lombok terutama suku sasak menganut agama Islam. Agama kedua terbesar yang dianut di pulau ini adalah agama Hindu, yang dipeluk oleh para penduduk keturunan bali yang berjumlah sekitar 15% dari seluruh populasi di sana. Penganut Kristen, Budha dan agama lainnya juga dapat dijumpai, dan terutama dipeluk oleh para pendatang dari berbagai suku dan etnis yang bermukim di pulau ini. Organisasi keagamaan terbesar di Lombok adalah Nahdlatul Wathan (NW), organisasi ini juga banyak mendirikan lembaga pendidikan Islam dengan berbagai level dari tingkat terendah hingga perguruan tinggi.Di Kabupaten Lombok Utara, tepatnya di daerah Bayan, terutama di kalangan mereka yang berusia lanjut, masih dapat dijumpai para penganut aliran islam wettu telu (waktu tiga). Tidak seperti umumnya penganut ajaran Islam yang melakukan shalat lima kali dalam sehari, para penganut ajaran ini mempraktikan shalat wajib hanya pada tiga waktu saja. Konon hal ini terjadi karena penyebar Islam saat itu mengajarkan Islam secara bertahap dan karena suatu hal tidak sempat menyempurnakan dakwahnya.
Gambar : Wettu Telu in bayan
Gambar : Pura Meru cakranegara
Langganan:
Postingan (Atom)